Jumat, 08 Oktober 2010

Pendidikan Islam “Kelas Dua” di Negeri Mayoritas Muslim?

Pendidikan Islam “Kelas Dua” di Negeri Mayoritas Muslim?
oleh : Hilman Indrawan
Jika timbul pertanyaan tentang pengertian pendidikan islam, maka akan beragam jawaban yang muncul, namun yang menjadi substansi dari pendidikan islam adalah berbeda dengan pendidikan umum yaitu konsep yang mengarah pada komitmen terhadap Allah S.w.t sebagai upaya membawa manusia kepada eksistensinya sebagai makhluk_Nya. Pada perkembanganya, pendidikan islam telah tersebar di berbagai penjuru dunia dan tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim terbanyak di dunia.
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia yang diawali dari madrasah atau pengajian yang ada di masjid-masjid kecil hingga kini telah banyak berdiri perguruan tinggi islam, tentu saja tidak terlepas dari para tokoh sebagai para pemikir dan perintisnya, dan pendidikan islam pun selalu memberikan kontribusi yang berarti pada negara dalam hal moral value, sehingga mencerdaskan pelajarnya baik spritual, emosional, maupun intelektual.  Namun kini timbul pertanyaan sederhana tentang keberadaan lembaga pendidikan islam di negeriyang mayoritas muslim ini, apakah pendidikan islam yang berperan bukan hanya “mencerdaskan” bangsa namun lebih dari itu menempati posisi pertama sebagai kiblat pendidikan di Indonesia atau bahkan menjadi “kelas dua” setelah pendidikan umum ?
Fakta yang berkembang pada masyarakat ternyata pendidikan islam memang bukan pilihan pertama. Pada umumnya pandangan yang berkembang tentang pendidikan islam adalah mereka menganggap output lulusannya hanya menjadi seorang ustadz atau da’i yang tidak mampu bersaing dalam kesejahteraan di dunia. Pandangan tersebut muncul tentu saja beralasan seiringdengan system pasda lembaga pendidikan islam yang ada.
Ada apa dengan pendidikan islam kita ? sebuah tanda Tanya besar yang dalam hal ini ditujukan kepada lembaganya bukan pada pendidikan islam itu sendiri, karena pada dasarnya tidak ada yang salah dengan apapun yang berhubungan dengan islam begitu pula dalam bidang pendidikannya, karena islam adalah agama yang telah disempurnakan oleh Allah S.w.t. namun yang perlu dipermasalahkan adalah para penganutnya, apakah mampu menegaskan wajah islam sebagai Rahmatan lil alamin  dengan pendidikan islam sebagai penerangnya atau bahkan semakin membuat pendidikan islam semakin dipandang sebelah mata ?
Masalah klasik yang masih tetap aktual mengenai system pendidikan islam yang ada di Indonesia adalah adanya dikotomi sistem pendidikan, sehingga tidak adanya keseimbangan antara ilmu dunia dan ukhrawi. Islamisasi ilmu dan teknologi dianggap tidak relevan dengan pendidikan islam bagi banyak lembaga dan ulama, seperti halnya yang dikatakan oleh seorang guru besar Universitas Sorbone Perancis yaitu Prof Dr. Muhammad Arkoun yaitu bahwa merupakan kesalahan bila ada keinginan dari cendikiawan muslim untuk melakukan islamisasi ilmu dan teknologi, sebab hal ini dapat menjebak kita pada pendekatan menganggap islam hanya semata-mata sebagai ideologi.
Sejauh ini selama masih adanya permasalahan klasik tersebut maka pesantren pun yang nota bene sebagai lembaga pendidikan yang didayagunakan atas swadaya murni masyarakat selalu dianggap hanya berorientasi pada akhirat semata, padahal kini banyak pesantren modern yang mengintregasikan ilmu umum dan ilmu agama islam. Namun inilah realitasnya, bahwa minoritas tidak mampu merubah pandangan masyarakat awsam yang telah “menetap” sejak lama.
Memang terasa janggal, dalam suatu komunitas masyarakat muslim, pendidikan islam tidak diberi kesempatan untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Perhatian pemerintah pada pendidikan islam sangatlah kecil porsinya dan terkesan ‘dianaktirikan’, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan berada dalam lingkaran masyarakat sosialistis religious. Dan bahkan tidaklah salah jika dikatakan bahwa pendidikan islam di Indonesia justru menempati “kelas dua” di Negara yang mayoritas muslim.
Sebuah pembaharuan sangat diperlukan dalam masalah masalah ini, dan dalam hal ini Alquran dan Hadits sebagai sumber utama adalah solusi dari segala solusi ketika adanya pro kontra diantara umat. Ada enambelas ayat dalam Alquran yang menyebutkan tentang ulul albab, dimana intisari dari ulul albab itu adalah orang yang mampu mengambil hikmah dengan ilmu tentang seluruh apa yang ada di langit atau dalam artian sederhana yaitu tafakur dan tasyakur.
Abdus Salam, seorang muslim pemenang nobel, berkat teori unifikasi(penyatuan) gaya yang disusunnya, berkata “Alquran mengajarkan kepada kita dua hal ; tafakur dan tasyakur.tafakur adalah merenungkan ciptaan Allh di langit dan dibumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang seklrang disebut science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat Allah dengan menggunakan akal fikiran sehingga kenikmtan itu makin bertambah, dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, dan sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.” Dan sesungguhnya di dalam diri ulul albab berpadu sifat-sifat ilmuwan, sifat-sifat intelektual, dan sifat-sifat yang mendekatkan diri pada Allah S.w.t.
Jika hal ini mampu direspon dan tentu saja yang paling penting adalah adanya realisasi yang merata sehingga pendidikan islam di Indonesia menjadi kiblat bagi masyarakat. Dan yang perlu kita yakini sebagai ‘actor pendidikan islam adalah bahwa revolusi yang kita lakukan terhadap pendidikan islam semata-mata karena mengharap ridho Allah S.w.t. wallahu alam bishowwab
  


1 komentar:

  1. Poker Tournaments - Online casinos in the United States of America
    In the Poker Tournaments section, 바카라 you'll learn the important topics you need to 제왕카지노 know when playing your favorite poker game. This page 메리트 카지노 쿠폰 will be

    BalasHapus